Karinding Attack
Kita mungkin pernah liat alat-alat tradisional yang kebanyakan terbuat dari bambu, iyah tradisional sunda dengan karakter suaranya yang khas. Mungkin juga kita pernah mendengar musik yang dimainkan oleh beberapa orang yang bunyinya sangat unik. Hmmm, baiklah, mungkin kalian pernah dengar yang namanya Karinding. Nah, sekarang ini cukup banyak komunitas Karinding yang sangat aktif dan peduli terhadap budaya tradisional, salah satu yang menjadi trigger-nya yaitu Karinding Attack. Embrio dan menetasnya Karinding Attack dimulai tahun 2008, Mang Engkus dan Mang Utun memperkenalkan karinding kepada anak Bandung Syndicate, yaitu serikat pekerja Morbid Nixcotin, salah satu bagian dari Ujung Berung Rebels yang langsung jatuh cinta terhadap karinding ini “karena secara fisik, desain produknya bagus, dan suaranya enak, kalau main alat itu jadi tenang, enak buat dimainin dan enak buat dieksplor, bebas untuk bikin suara, dan tentu saja suaranya aneh dan unik”, tutur Kimung. Awal mula karinding ini mulai diminati itu berkat Man Jasad dan Ki Ameng yang mencoba menguasai dan karinding, kemudian ‘menular’ ke Bandung Syndicate Morbid Nixcotine dan Bandung Death Metal Syndicate. Akhirnya lingkungan yang sering berinteraksi dengan mereka mulai memainkan karinding, dan cepat menyebar karena merasakan perasaan yang sama dan ditambah gosip bahwa karinding pernah hilang beberapa ratus tahun yang lalu menjadi suatu nilai eksotis tersendiri. Karinding Attack merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki peranan penting terhadap kelestarian karinding, mereka bukan hanya sebagai kumpulan pemain alat musik, tapi mereka pun sering melakukan workshop dan pengenalan alat-alat tradisional ini. Mereka mengajarkan dan mengenalkan bagaimana karinding ini bisa menjadi sesuatu yang sangat berharga. Untuk kumpulan pemainnya, setiap personil memegang peranan sendiri, ada yang berperan membuat lirik, musik dasar, membuat beat-beat groovy, dan aransemen bareng-bareng. Yang paling menarik adalah part vocal, dimana alunan suara yang ditembangkan sangat eksotis, apalagi dengan lirik khas Karinding Attack yang ‘menyentol’ dan ‘menyentil’. “Lirik yang dibuat adalah apa yang kita rasakan, tidak beniat untuk menyentol atau menyentil siapapun, kalau ada yang tersentol dan tersentil ya berarti dia merasa kita menyentil dan menyentol dia” tutur Kimung. Jangan salah lho kalo musik seperti yang dimainkan oleh Karinding Attack ini ga punya fans setia, atau cuma disukai oleh orang-orang yang udah tua, kalian salah kalo punya pikiran kaya gitu. Banyak banget yang terlibat di Karinding Attack ini, mulai dari anak muda local bahkan manca Negara, mereka sering banget menonton Karinding Attack pas latihan sekalipun. Bahkan, ada Jurnal Karinding Attack yang selalu mengupdate jadwal dan kegaiatan Karinding Attack yang bisa diakses di www.jurnalkarat.wordpress.com. Personil Karinding Attack gak hanya berasal dari Bandung lho, ada yang bernama Jawis dari Yogyakarta dan ada yang bernama Alice dari Finland. Ini membuktikan, betapa terbuka lebarnya musik tradisional ini untuk siapapun dan memang tidak perlu dipakemkan ke dalam satu wilayah atau kultur tertentu. Bukti lain mungkin, mereka tidak membawakan karinding dengan pakem yang baku. “Saya banyak terinspirasi dari God flesh, Panthera, Tarawangsa, Gending-gending Jawa, Rampak Perkusi Nias dan Toraja, dan juga dari daerah lain yang digabungkan dalam aransemen Karinding Attack”, Kimung menambahkan. Melihat perkembangan ini, masa depan karinding optimis bisa dikembangkan dan dilestaraikan, dengan banyak munculnya pengrajin karinding juga membantu kelestarian karinding ini, dan munculnya beberapa kelompok karinding juga membantu kelestarian yang akan ditakutkan akan diam statis disitu. Mungkin harus diingat juga, tidak ada kebudayaan yang bisa bertahan lama tanpa adanya kolaborasi dan keasadaran kolaborasi ini hanya bisa dilakukan apabila kita menghargai keberagaman. Kolaborasi dapat dilakukan dengan apapun itu, bisa metal, punk rock, atau electronic.
Langganan:
Postingan (Atom)